Meditasi

Tubuh dan Pikiran – Kutipan dari buku The Shaolin Workout

Tubuh dan Pikiran – Kutipan dari buku The Shaolin Workout

Hari ini, aku akan mengingatkan diriku sendiri untuk rileks. Tetap santai.
Jadilah fleksibel dalam tubuh dan pikiran.

Hal yang paling penting adalah tetap santai dan rileks, baik secara fisik maupun mental. Untuk menikmati hidup, kita harus bisa rileks. Saat masih kecil, tubuh kita lentur, santai, dan fleksibel. Kita bisa melakukan split, salto, lompatan, dan gerakan lainnya tanpa berpikir panjang. Saat itu, kita benar-benar menggunakan pikiran dalam tubuh bayi kita.

Namun, usia bukanlah batasan—hanya saja kita menjadi terlalu tegang, terlalu kaku. Kita terlalu banyak berpikir. Salah satu pelajaran terpenting dalam The Shaolin Workout adalah bagaimana mengembalikan fleksibilitas dan kelenturan seperti anak kecil—agar merasa nyaman dengan tubuh kita lagi. Tidak peduli apakah kamu berusia 20, 50, atau 80 tahun. Rileks. Jangan merasa tua. Katakan pada diri sendiri bahwa setiap tahun bukan berarti bertambah tua, tetapi justru semakin muda!

Sifu menjelaskan bahwa ada dua jenis meditasi: meditasi diam dan meditasi dalam gerakan. Di dunia Barat, kita lebih akrab dengan meditasi diam. Kita sering membayangkan biksu Buddha duduk bersila dengan mata tertutup, diam dalam keheningan selama berjam-jam demi mencapai pencerahan.

Masalahnya, terlalu banyak meditasi diam bisa berakibat buruk bagi sendi, punggung, dan leher—sama seperti duduk terlalu lama di depan komputer. Inilah yang dilihat oleh Da Mo di biara Shaolin. Para biksu terlalu banyak duduk dalam meditasi hingga tubuh mereka menjadi sekaku boneka kayu. Dia menyadari bahwa Ba Tuo belum memberikan metode yang tepat agar ajaran Buddha bisa beradaptasi dengan kehidupan di Tiongkok.

Kenapa kita bermeditasi? Untuk membersihkan pikiran dan membuka hati. Namun, jika tubuh kita tegang dan dipenuhi rasa sakit, pikiran dan hati kita tidak akan bisa dibersihkan. Tubuh, pikiran, dan hati kita saling terhubung dan tidak bisa dipisahkan.

Kung fu adalah meditasi dalam gerakan. Tujuan kung fu adalah merilekskan tubuh dan pikiran, memperluas kesadaran tubuh dan pikiran, serta membersihkan keduanya. Saat tubuhmu rileks, hidupmu juga menjadi lebih santai. Dengan begitu, kamu bisa benar-benar hidup di saat ini, menikmati setiap momen dengan penuh kesadaran.

Dalam dunia modern saat ini, ada manfaat lain dari meditasi dalam gerakan. Kita semua memiliki kehidupan, pekerjaan, dan keluarga. Kita mendapatkan banyak hal baik setiap hari. Tapi, siapa yang punya waktu untuk duduk bermeditasi selama berjam-jam seperti para biksu di biara? Faktanya, 30 menit meditasi dalam gerakan bisa memberikan efek yang sama membebaskannya bagi tubuh, pikiran, dan hati, seperti beberapa jam meditasi diam.

Kung fu dan seni bela diri adalah bentuk meditasi dalam gerakan yang telah disempurnakan. Namun, olahraga apa pun juga bisa menjadi meditasi dalam gerakan—berlari, berenang, bermain tenis, atau bersepeda. Di dunia Barat, kita mengenal istilah “masuk zona,” “melepaskan endorfin,” atau “runner’s high” saat berolahraga. Itu sebenarnya adalah cara lain untuk menggambarkan konsep meditasi dalam gerakan—pikiran yang rileks dalam tubuh yang rileks.

Hari ini, saat menjalani aktivitasmu, cobalah untuk rileks. Tetap santai. Jadilah fleksibel, baik dalam tubuh maupun pikiran. Nikmati setiap momen dalam hidupmu yang indah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *